Archive for 2013

Editan Eyang Subur

Jumat, 12 April 2013
Posted by Anak Bone




















Porposal Penelitian di Kabupaten Sinjai

Minggu, 03 Maret 2013
Posted by Anak Bone

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan panjang garis pantai lebih dari 81.000 km serta lebih dari 17.508 pulau dan luas laut sekitar 3,1 juta km2 sehingga wilayah pesisir dan lautan Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan dan keanekaragaman hayati (biodiversity) laut terbesar di dunia dengan memiliki ekosistem pesisir seperti mangrove, terumbu karang (coral reefs) dan padang lamun (sea grass beds) (Dahuri et al. 1996).
Sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil merupakan salah satu sumberdaya yang penting bagi hajat hidup masyarakat dan dapat dijadikan sebagai penggerak utama (prime mover) perekonomian nasional. Hal ini didasari pada kenyataannya bahwa; Pertama, Indonesia memiliki potensi sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil yang tinggi dengan karakteristik wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang beraneka ragam. Kedua, sebagian besar kegiatan industri pada kabupaten/kota berada di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Ketiga, kegiatan industri di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil memiliki keterkaitan (backward and forward linkage) yang kuat dengan industri-industri lainnya. Keempat, wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil merupakan basis sumberdaya lokal bagi industri perikanan atau dikenal dengan istilah resources-based industries, dan Kelima, wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Indonesia memiliki keunggulan (comparative advantage) yang tinggi sebagaimana tercermin dari potensi sumberdaya ikannya.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.      Bagaimana cara mengembangkan sebuah kawasan ?
2.      Bagaimana pengembangan kawasan minapolitan ?
3.      Pengembangan Kawasasan Perikanan Tangkap
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Pengembangan Kawasan
Istilah pembangunan dan pengembangan digunakan dalam banyak halyang sama, yang dalam bahasa Inggrisnya adalah development, sehingga untukberbagai hal, istilah pembangunan dan pengembangan dapat salingdipertukarkan.Secara umum pembedaan istilah ”pembangunan” dan ”pengembangan” diIndonesia memang sengaja dibedakan karena istilah pengembangan dianggapmengandung konotasi ”pemberdayaan”, ”kedaerahan” atau ”kewilayahan”, dan”lokalitas”. Ada juga yang berpendapat bahwa kata ”pengembangan” lebih menekankan proses meningkatkan dan memperluas. Dalam pengertian bahwapengembangan adalah melakukan sesuatu yang tidak dari ”nol’, atau tidakmembuat sesuatu yang sebelumnya tidak ada, melainkan melakukan sesuatu yangsebenarnya sudah ada tapi kualitas dan kuantitasnya ditingkatkan atau diperluas.
Secara filosofis, proses pembangunan dapat diartikan sebagai ”upaya yangsistematik dan berkesinambungan untuk menciptakan keadaan yang dapatmenyediakan berbagai alternatif yang sah bagi pencapaian aspirasi setiap wargayang paling humanistik”.  Menurut Todaro (2000) yang diacu dalam Rustiadi et al. (2006),pembangunan harus memenuhi tiga komponen dasar yang dijadikan sebagaibasiskonseptual dan pedoman praktis dalam memahami pembangunan yang palinghakiki, yaitu kecukupan (sustenance) memenuhi kebutuhan pokok, meningkatkanrasa harga diri atau jatidiri (self-esteem), serta kebebasan (freedom) untuk memilih. Pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses dimensional yangmencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikapmasyarakat, dan institusi nasional, disamping tetap mengejar akselerasipertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta pengentasankemiskinan.Terjadinya perubahan baik secara incremental maupun paradigmamenurut Anwar (2001) yang diacu dalam Rustiadi et al. (2006), mengarahkanpembangunan wilayah/kawasan kepada terjadinya pemerataan (equity) yangmendukung pertumbuhan ekonomi (efficiency), dan keberlanjutan (sustainability).
B.     Kawasan Minapolitan
Kawasan adalah suatu wilayah yang mempunyai fungsi dan atau aspek/pengamatan fungsional tertentu. Dengan demikian, batasan suatu kawasan tidak ditentukan oleh batasan administratif (desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota, dan seterusnya) tetapi lebih ditentukan dengan memperhatikan economic of scale dan economic od scope.
Secara terminologi, minapolitan terdiri dari kata mina dan kata politan (polis). Mina berarti ikan dan Politan berarti kota, sehingga Minapolitan dapat diartikan sebagai kota perikanan atau kota di daerah lahan perikanan atau perikanan di daerah kota. Maka  yang dimaksud dengan minapolitan adalah kota perikanan yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya system dan usaha perikanan serta mampu melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan ekonomi daerah sekitarnya. Kota perikanan dapat merupakan kota menengah, atau kota kecil atau  kota kecamatan atau kota perdesaan atau kota nagari yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan ekonomi yang mendorong pertumbuhan pembangunan pedesaan dan desa-desa hinterland atau wilayah sekitarnya melalui pembangunan  ekonomi, yang tidak-terbatas sebagi pusat pelayanan sektor perikanan, tetapi juga pembangunan sektor secara luas seperti usaha perikanan (on farm dan off farm), industri kecil, pariwisata, jasa pelayanan dan lain-lain.
Kota perikanan (minapolitan) berada dalam kawasan pemasok hasil perikanan (sentra produksi perikanan) yang mana kawasan tersebut memberikan kontribusi yang besar terhadap mata pencarian dan kesejahteraan masyarakatnya. Selanjutnya kawasan perikanan tersebut (termasuk kotanya) disebut dengan kawasan minapolitan.  Kawasan sentra perikanan terdiri dari kota perikanan dan desa-desa sentra produksi perikanan yang ada disekitarnya dengan batasan yang tidak ditentukan oleh batasan administratif pemerintahan, tetapi lebih ditentukan dengan memperhatikan skala ekonomi kawasan yang ada.
Program pengembangan kawasan sentra perikanan adalah pembangunan ekonomi berbasis perikanan yang dilaksanakan dengan jalan mensinergikan berbagai potensi yang ada, utuh dan menyeluruh, berdaya saing berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi yang digerakkan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah. Kawasan perikanan yang terdapat di daerah pedesaan harus dikembangkan sebagai satu kesatuan pengembangan wilayah berdasarkan keterkaitan ekonomi antara desa-kota (urban-rural linkages), dan menyeluruh hubungan yang bersifat timbal balik yang dinamis.
C.    Pengembangan Kawasan Perikanan Tangkap
Kawasan perikanan tangkap adalah suatu kawasan tempat kegiatan perikanan tangkap yang memiliki ikatan kemitraan dan dilengkapi dengan prasarana dan sarana penunjang. Manfaat dari dikembangkannya kawasan ini diharapkan nelayan dapat mempermudah upaya pengelolaan, dan memperkecil ongkos investasi maupun operasinya. Perencanaan kawasan perikanan tangkap diharapkan dapat menciptakan aglomerasi daerah tersebut karena terkumpulnya berbagai jenis industri perikanan yang terkait dan saling mendukung sehingga mengakibatkan penghematan ekstern; kemudahan aktivitas perikanan tangkap; pengarahan penempatan berbagai kegiatan perikanan tangkap dalam satu kawasan; memberikan kepastian hukum tempat usaha yang ramah lingkungan dan sesuai dengan tata ruang wilayah.
Kebijakan di bidang perikanan khususnya dalam hal pengaturan pemanfaatan ruang untuk kawasan perikanan tangkap pada saat ini perlu dilakukan. Untuk mendorong terjadinya pemanfaatan ruang yang lebih efisien dan efektif sehingga lahan yang dialokasikan memiliki nilai dan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan wilayah.
Kawasan Perikanan Tangkap merupakan komoditas publik, yang memiliki fungsi sebagai berikut :
-        Pusat pengembangan masyarakat nelayan dan pertumbuhan ekonomi perikanan dan pengembangan agribisnis perikanan tangkap.
-        Pusat pelayanan tambat labuh kapal perikanan, pendaratan ikan hasil tangkapan, dan pelayanan kegiatan operasional kapal-kapal perikanan.
-        Pusat pelaksanaan pembinaan dan penanganan mutu hasil perikanan.
-        Pusat pengembangan usaha industri pengolahan hasil perikanan.
-        Pusat pemasaran dan distribusi hasil perikanan, baik untuk lokal, regional, nasional maupun internasional (ekspor).
-        Pusat pelaksanaan pengawasan, penyuluhan dan pengumpulan data perikanan tangkap.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1.      Jenis Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, yaitu pengamatan secara langsung di lapangan tentang infrastruktur kawasan minapolitan perikanan tangkap di Kabupaten Sinjai  yang akan dikembangkan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif  dan kuantitatif. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan mengambarkan/melukiskan keadaan subjek/objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.[1]
Penelitian kualitatif diartikan sebagai penelitian yang tidak mengadakan perhitungan[2]. Sehingga penelitian deskriptif kualitatif dalam penelitian ini adalah sebagai prosedur pemecahan masalah mengenai strategi pengembangan infrastruktur kawasan minapolitan di Kabupaten Sinjai. Sedangkan penelitian kuantitatif merupakan jenis penelitian dengan menggunakan data-data tabulasi, data angka sebagai bahan pembanding maupun bahan rujukan dalam menganalisis secara deskriptif.
2.      Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data
Didalam metode pengumpulan data ini berisi tentang jenis data dan sumber data. Jenis data merupakan data-data apa saja yang dibutuhkan dalam penelitian ini sedangkan sumber data merupakan asal dari data tersebut diperoleh. Data-data yang diperlukan dan dikaji dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder.
a.       Data Primer
Data-data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil:
1)      Observasi Langsung
Pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan pengamatan langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standart lain untuk keperluan tersebut[3]. Observasi langsung dilakukan untuk mendapatkan informasi dengan cara menggunakan pengamatan langsung di lokasi penelitian. Pengamatan tersebut meliputi : pengamatan akan ketersediaan infrastruktur kawasan minapolitan di Kabupaten Sinjai. Sehingga metode ini akan digunakan untuk memperoleh data deskriptif yang faktual, cermat, dan terinci mengenai keadaan di lapangan
2)      Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi[4]. Teknik wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang membantu dan melengkapi pengumpulan data yang tidak dapat diungkapkan oleh teknik observasi.  Pada tahapan survey teknik ini bukan meru­pakan teknik pengumpulan data yang utama, melainkan hanya seba­gai teknik pelengkap.
3)      Pengukuran Lapangan
Pengukuran lapangan dilakukan untuk mengambil data yang lebih akurat. Pengambilan data pada kawasan dilakukan dengan menggunakan alat GPS untuk menentukan titik koordinat kawasan. Selain itu, teknik ini juga dilakukan untuk mengetahui kondisi eksisting fisik kawasan, terutama berkaitan dengan jaringan jalan, tata letak bangunan dan lain-lain.
b.      Data Sekunder
Data-data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dengan cara menginventarisir data dari data/dokumen dinas (instansi terkait) atau dari sumber yang representatif (mewakili) dan instansional. Data sekunder yang dibutuhkan ditelusuri dari data BPS, hasil penelitian terdahulu, Bappeda, dan data dari instansi lain yang terkait dengan penelitian ini. Pengumpulan data sekunder dilakukan untuk memberikan masukan ke dalam sistem informasi geografik, baik itu data spasial maupun data atribut. Data sekunder yang dibutuhkan yaitu:
-       Data kependudukan meliputi jumlah penduduk nelayan, tingkat kepadatan.
-       Data infrastruktur kawasan minapolitan di Kabupaten Sinjai meliputi keadaan jenis infrastruktur dan tingkat penyebarannya serta tingkat aksesibilitas oleh masyarakat sekitar terhadap infrastruktur yang ada
-       Aspek kebijakan regional yang akan berpengaruh terhadap wilayah pesisir di Kabupaten Sinjai
-       Potensi sumberdaya perikanan meliputi hasil Perikanan, Jenis Ikan dan Komoditi, serta lain sebagainya.
-       Daya dukung fisik lingkungan (topografi, tata guna lahan, dll)
3.      Variabel Penelitian
Variabel dapat diartikan ciri dari individu, objek, gejala, peristiwa yang dapat diukur secara kuantitatif ataupun kualitatif[5].  Variabel dipakai dalam proses identifikasi, ditentukan berdasarkan kajian teori yang dipakai. Semakin sederhana suatu rancangan penelitian semakin sedikit variabel penelitian yang digunakan.
Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
1.      infrastruktur kawasan meliputi keadaan jenis infrastruktur (sarana dan prasarana) dan tingkat penyebarannya serta tingkat aksesibilitas oleh masyarakat sekitar terhadap infrastruktur yang ada.
2.      kependudukan meliputi jumlah penduduk nelayan, tingkat kepadatan.
3.      Potensi sumberdaya perikanan meliputi hasil produksi perikanan, jenis komoditi perikanan.
4.      Daya dukung fisik lingkungan (topografi, tata guna lahan, dll)
Tabel 1
Metode Pembahasan dan Analisis

No
Rumusan Masalah
Variabel
Jenis Data
Teknik Analisis  Data
1.
Ketersediaan infrastruktur dalam mendukung pengembangan kawasan minapolitan
Infrastruktur Kawasan;
1)      Jenis dan kondisi infrastruktur kawasan (sarana dan prasarana)
2)      Tingkat penyebaran
3)      Tingkat aksesibilitas terhadap infrastruktur
Primer dan sekunder
Analisis deskriptif
2.
Strategi Pengembangan Infrastruktur Kawasan Minapolitan
-  Ketersediaan infrastruktur
-  Aspek kependudukan
-  Potensi perikanan
-  Daya dukung fisik lingkungan (topografi, tata guna lahan dsb)

Primer dan sekunder
Serta hasil rumusan masalah 1
Analisis deskriptif dan statistik deskriptif.

4.      Metode Analisis Data
Pada dasarnya metode pendekatan analisis dibagi kedalam dua kelompok analisis, yakni; analisis yang bersifat deskriptif kualitatif dan analisis yang bersifat deskriptif kuantitatif. Untuk lebih jelasnya metode pendekatan analisis, sebagaimana pada pembahasan berikut:
a.      Analisis Deskriptif Kualitatif
Metode analisis deskriptif kualitatif  merupakan bahagian dari metode analisis kuantitatif dengan menjabarkan analisis secara deskriptif kualitatif sehingga lahirlah suatu konsep dan sebagai dasar dalam analisis selanjutnya. Adapun alat analisis deskriptif kualitatif yang dimaksud adalah;
§  Metode Evaluatif, digunakan untuk menilai sejauhmana implementasi arahan rencana tata ruang terkait dengan ketersediaan infrastruktur dalam pengembangan kawasan minapolitan di Kabupaten Sinjai dengan kondisi saat sekarang ini.
§  Metode Ekstrapolatif, diterapkan dalam hal keterbatasan data-data demografi dan biofisik lingkungan yang tersedia saat ini (existing condition) namun tetap mengikuti pola kecenderungan data-data tersebut. Seperti Analisis kondisi fisik daratan wilayah penelitian, meliputi analisis topografi dan kemiringan lereng, analisis penggunaan lahan; analisis kondisi transportasi; analisis kondisi sarana dan prasarana kawasan.
§  Analisis SWOT
SWOT merupakan akronim dari strengths yang merupakan indikasi kekuatan/potensi dari suatu wilayah, Weaknesses merupakan indikasi kelemahan/masalah dari suatu wilayah, Opportunities merupakan indikasi dari peluang-peluang/kesempatan eksternal yang dapat dimanfaatkan oleh suatu wilayah, dan Threats merupakan indikasi ancaman-ancaman/hambatan eksternal yang harus diantisipasi oleh pengembangan wilayah. Analisis SWOT dapat membantu perencana untuk mengidentifikasi area-area yang dapat dikembangkan serta menjadi basis untuk menyusun strategi menyongsong masa depan. Adapun Kekuatan dan kelemahan dapat dijabarkan secara matriks sebagai berikut :
I
T
E
R
N
A
L


F
A
K
T
O
R

EXTERNAL  FAKTOR
Identification of
Factor

Opportunity (O)
Threath (T)
Tentukan faktor – faktor Peluang
Tentukan faktor – faktor ancaman
Strenght (S)
S  Vs  O
S  Vs  T
Tentukan faktor-faktor kekuatan
Tentukan program yang muncul dengan mempertemukan kekuatan (S) dengan Peluang O)
Tentukan program yang muncul dengan mempertemukan Kekuatandengan ancaman
Weekness (W)
W  Vs  O
W  Vs  T
Tentukana faktor-faktor kelemahan
Tentukan pogram yang muncul dengan mempertemukan kelemahan (W) dengan Peluang (O)
Tentukan program yang muncul dengan mempertemukan kelemahan (W) dengan ancaman (T)

§  Analisis Ketersediaan Infrastruktur Kawasan Minapolitan
Untuk  mengetahui sejauh mana ketersediaan infrastruktur Kecamatan Sinjai Utara dan Sinjai Timur dalam mendukung pengembangan kawasan minapolitan,  analisis yang digunakan adalah mengidentifikasi ketersediaan infrastruktur yang ada di Kecamatan Sinjai Utara dan Sinjai Timur dengan mengacu pada Kriteria Sarana dan Prasarana Kawasan Perikanan Tangkap berdasarkan Panduan Teknis Departemen Kelautan dan Perikanan, tentang Penyusunan Rencana Kawasan Perikanan Tangkap.

b.      Analisis Deskriptif Kuntitatif
Metode pengumpulan data yang diolah dan dianalisis untuk mendeskripsikan ciri-ciri atau karakteristik variabel yang telah ditetapkan;
§  Analisis Potensi Perikanan
1)   Analisis Sektor Unggulan (Analisis LQ)
Metode analisis sektor unggulan adalah untuk mengetahui sub sektor yang ada di Kabupaten Sinjai yang memberikan nilai posisitif terhadap PDRB serta dapat dijadikan sebagai leading sector pembangunan. Adapun metode analisisnya adalah sebagai berikut;
Metode Location Quotient (LQ) merupakan alat bantu permulaan untuk mengetahui potensi suatu wilayah terhadap sektor kegiatan tertentu. Analisis LQ menyajikan perbandingan relatif antara kemampuan sektor yang sama pada wilayah yang lebih luas. Asumsinya adalah jika suatu sub daerah lebih berspesialisasi dari wilayah yang bersangkutan dalam produksi suatu barang tertentu, maka daerah itu akan mengekspor barang itu sesuai dengan tingkat spesialisasinya dalam memproduksi barang tersebut.
Dalam perhitungan potensi yang ada di Kabupaten Sinjai, mengambil acuan lingkup kecamatan dengan sektor perikanan yang diidentifikasi terbatas pada suatu sub sektor perikanan yang ada dengan harapan mendapatkan spesialisasi sektor perikanan yang dapat yang dapat dikembangkan di Kabupaten Sinjai dakam konteks yang lebih luas. Dengan kata lain dapat diasumsikan spesialisasi lokal dalm produksi mempunyai makna ekspor lokal dari produksi surplus. Metode Location Quotient (LQ) mempunyai formulasi :

                                                     Si / Ni       Si /S
                                      LQij     = ¾¾¾  =  ¾¾¾
                                                       S / N        N1/N

Dimana :

  Si    : Jumlah produksi sektor I di daerah yang diselidiki

  S     : Jumlah produksi dari seluruh sektor di daerah yang diselidiki

  Ni    : Jumlah produksi sektor I di seluruh yang yang lebih luas

           dimana daerah  yang diselidiki menjadi bagiannya.

  N     : Jumlah keseluruhan produksi di seleluruh daerah yang lebih

            luas dimana  daerah yang diselidiki menjadi bagiannya


Nilai LQ suatu komoditi dapat menjelaskan tingkat strategis atau potensi pengembangan sebuah komoditi dengan asumsi sebagai berikut:
-     Nilai LQ > 1, merupakan komoditi yang memiliki tingkat spesialisasi pengembangan yang tinggi atau mempunyai potensi ekspor.
-     Nilai LQ = 1, merupakan komoditi yang memiliki tingkat spesialisasi pengembangan yang sedang.
-     Nilai LQ < 1, merupakan komoditi yang memiliki tingkat spesialisasi pengembangan yang rendah atau mempunyai kecenderungan impor.

2)   Potensi Pengembangan Kawasan
-          Analisis  Ekstrapolasi
Analisis ini digunakan untuk mengetahui proyeksi penduduk, proyeksi produksi perikanan dan armada penangkapan pada kawasan. Metode ini digunakan untuk memperkirakan berbagai kemungkinan pertumbuhan yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Metode ini digunakan apabila perubahan yang terjadi bersifat fluktuatif, dengan rumus matematis sebagai berikut :
Pn = Po + b
Keterangan:           
Pn : Jumlah Data Tahun Akhir
Po : Jumlah Data Tahun Awal
b   : Rata-rata Pertambahan setiap tahunnya
: Selisih tahun proyeksi

-          Analisis Potensi Perikanan
Potensi merupakan hasil produksi di tambah dengan jenis usaha, jenis usaha perikanan yang ada di Kecamatan Sinjai Utara dan Sinjai Timur adalah penangkapan di laut. Hasil produksi perikanan, ada yang di konsumsi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat itu sendiri dan ada yang diperdagangkan baik lokal, regional, nasional dan antar negara, maka untuk mengetahui sejauh mana jumlah produksi perikanan yang ada di Kecamatan Sinjai Utara dan Sinjai Timur apakah merupakan Surplus atau  Devisit maka metode analisa yang digunakan adalah dengan melihat standar kebutuhan konsumsi ikan Nasional  perkapita per tahun yaitu sebesar 26 kg/kapita/tahun, dan jumlah penduduk yang ada di Kecamatan Sinjai Utara dan Sinjai Timur, dengan metode ini akan menghasilkan apakah produksi perikanan di Kecamatan Sinjai Utara dan Sinjai Timur memiliki potensi, apakah hanya mampu memenuhi kebutuhan konsumsi ikan, di kecamatan itu sendiri, atau berpotensi untuk expor.maka yang pertama di lakukan adalah menghitung jumlah konsumsi ikan di Kabupaten Sinjai  itu sendiri, berikut formula yang digunakan:
Dimana :
i     = Jiumlah Konsumsi Ikan di Kec. i/ton/tahun
P       = Jumlah Penduduk
I        = Standar Konsumsi Ikan Nasioanal ton/kapita/tahun
Selanjutnya Untuk mengetahui apakah produksi perikanan di Kecamatan Sinjai Utara dan Sinjai Timur merupakan Surplus ataukah devisit maka bandingkan dengan jumlah total produksi perikanan yang ada di Kecamatan Sinjai Utara dan Sinjai Timur dengan jumlah konsusmsi Ikan di Kecamatan Sinjai Utara dan Sinjai Timur itu sendiri. Berikut formula yang di gunakan adalah
Dimana        
X       = Hasil Produksi
i        = Total Produksi Perikanan di Kecamatan i/ton/tahun
Ki       = Jiumlah Konsumsi Ikan di Kec. i/ton/tahun
Nilai X digunakan untuk mengetahui sejauhmana hasil produksi perikanan dalam memenuhi kebutuhan Konsumsi ikan di Kecamatan Sinjai Utara dan Sinjai Timur. Jika Nilai X lebih besar bandingkan dengan nilai Ki maka Hasil produksi perikanan di kecamatan tersebut sifatnya Surplus, jika nilai X lebih kecil dibandingkan dengan nilai X maka produksi perikanan di kecamatan tersebut sifatnya devisit. Selanjutnya  jika nilai X dikatakan surplus maka nilai X dibandingkan dengan jumlah konsumsi perikanan yang ada di Kecamatan Sinjai Utara dan Sinjai Timur, hal ini di lakukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh sektor perikanan di Kecamatan Kecamatan Sinjai Utara dan Sinjai Timur  dalam memenuhi kebutuhan Konsumsi Ikan di Kecamatan Sinjai Utara dan Sinjai Timur.








Welcome to My Blog

Blogger templates

follow me on twitter

Pengunjung

Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © 2013 Bayu Alfian -Dark Amaterasu Template- Design by YONDARKNESS -Original by Blog Johanes-