Posted by : Anak Bone
Rabu, 19 Oktober 2011
Patung Arung Palakka di Kabupaten Bone
Adalah Raja Bone ke-15 lahir pada 15 September 1634. Nama lengkapnya adalah Arung Palakka La Tenri Tatta Petta Malampee Gemme’na. Dalam sejarah Sulawesi Selatan di abad ke-17, khususnya dalam perang Makassar nama Latenri Tatta Arung
Museum Lapawawoi
Museum Lapawawoi di pusat kota Watampone menyimpan peninggalan Kerajaan Bone dan benda-benda peninggalan Arung Palakka seperti patung, pakaian kerajaan, baju-baju adat dan foto-foto keturunan Raja-raja Bone. Bone juga sarat dengan sejarah. Pada awalnya Bone merupakan daerah taklukan Kerajaan Gowa. VOC kemudian bersekutu dengan seorang pangeran Bugis (Bone) bernama Aru Palakka yang hidup dalam pengasingan setelah jatuhnya Bone di bawah kekuasaan Gowa. Belanda kemudian mensponsori Palakka kembali ke Bone, sekaligus menghidupkan perlawanan masyarakat Bone dan Sopeng untuk melawan kekuasaan Gowa. Setelah berperang selama setahun, Kerajaan Gowa berhasil dikalahkan. Raja Gowa, Sultan Hasanuddin dipaksa untuk menandatangani Perjanjian Bungaya yang sangat mengurangi kekuasaan Gowa, dan kemudian Bone di bawah Arung Palakka menjadi penguasa di Sulawesi Selatan. Saat ini, di pusat Kota Bone berdiri patung Arung Palakka.
Gua Mampu
merupakan gua terbesar dan terluas dari sekian ba-nyaknya gua yang ada di Sulsel. Obyek ini berada di Desa Cabbenge, Kecamatan Duaboccoe, atau sekitar empatpuluh lima kilometer dari pusat Kota Watampone. Di dalam gua terdapat sejumlah bebatuan, stalaktit dan stalagmit.
Konon gua yang menawarkan keindahan panorama ini memiliki kisah legenda yang cukup tragis. Di mana legenda tersebut dikenal dengan Legenda Kutukan Mampu, yaitu kutukan yang menimpa Kerajaan Mampu.
Akibat kutukan itu, penduduk dan hewan yang berada di dalam wilayah Kerajaan Mampu seluruhnya menjadi batu. Perwujudan dari legenda ini dapat Anda saksikan lewat sejumlah bentuk bebatuan, yang menyerupai makhluk-makhluk hidup yang terdapat di dalam gua. Memasuki obyek ini, Anda diwajibkan membayar retribusi sebesar Rp 2000 untuk dewasa dan Rp 1000 untuk anak-anak.
Konon gua yang menawarkan keindahan panorama ini memiliki kisah legenda yang cukup tragis. Di mana legenda tersebut dikenal dengan Legenda Kutukan Mampu, yaitu kutukan yang menimpa Kerajaan Mampu.
Akibat kutukan itu, penduduk dan hewan yang berada di dalam wilayah Kerajaan Mampu seluruhnya menjadi batu. Perwujudan dari legenda ini dapat Anda saksikan lewat sejumlah bentuk bebatuan, yang menyerupai makhluk-makhluk hidup yang terdapat di dalam gua. Memasuki obyek ini, Anda diwajibkan membayar retribusi sebesar Rp 2000 untuk dewasa dan Rp 1000 untuk anak-anak.
Bola Soba
Jika ingin mengenal Kabupaten Bone lebih dalam, tak ada salahnya juga Anda mengenal wisata Bola Soba. Obyek wisata ini menyerupai rumah bersejarah, tempat di mana pemimpin perang yang bernama Petta Punggawa pernah tinggal.
Rumah ini masih dilestarikan dan dipelihara dengan serius. Pada kegiatan besar, di sekeliling Bola Soba sering dijadikan sebagai tempat penyelenggaraan beberapa tradisi lama yang masih dengan kuat dilaksanakan. Seperti pencak, massempe, malancca, ma’pere, serewa, sirau sulo dan tari-tarian lain.
Obyek ini berada di Kelurahan Manurunge, Kecamatan Tatene Riattang. Untuk masuk ke obyek ini, tidak dikenakan retribusi sama sekali alias gratis.
Rumah ini masih dilestarikan dan dipelihara dengan serius. Pada kegiatan besar, di sekeliling Bola Soba sering dijadikan sebagai tempat penyelenggaraan beberapa tradisi lama yang masih dengan kuat dilaksanakan. Seperti pencak, massempe, malancca, ma’pere, serewa, sirau sulo dan tari-tarian lain.
Obyek ini berada di Kelurahan Manurunge, Kecamatan Tatene Riattang. Untuk masuk ke obyek ini, tidak dikenakan retribusi sama sekali alias gratis.
Tanjung Pallette
Objek Wisata Tanjung Pallette terletak di Kelurahan Pallette Kecamatan Tanete Riattang Timur Kabupaten Bone Sulawesi Selatan. Merupakan sebuah kawasan yang memiliki panorama alam yang sangat indah. Yang didukung Pasilitas yang memadai membuat Anda bersama keluarga semakin betah. Kawasan ini berhadapan langsung dengan laut Teluk Bone yang berjarak 12 km dari pusat kota Watampone
BTC (Bone Trade Center)
Logo Kabupaten
- Sisir (Salaga) melambangkan bahwa salah satu dasar penghidupan rakyat daerah Bone bersumber pada pertanian untuk mencapai kehidupan yang layak. Cara menggunakan alat pertanian tersebut dengan sistem gotong royong memberikan kesan bahwa sarana penghidupan dan kehidupan rakyat Bone berdasarkan atas sistem gotong royong.
- Jangkar melambangkan sifat kebaharian yang perkasa dari rakyat Bone seperti yang telah dibuktikan oleh sejarah Perahu Elung Mangenre milik kerajaan Bone dengan Bendera Samparajae sebagai lambang kebesaran kerajaan didalamnya terlukis gambar Jangkar, sehingga dapat ditarik kesan bahwa sifat pelaut ini merupakan khas dari pada penduduk Bone.
- Timbangan pada tangkai lukisan jangkar sebelah menyebelah menandakan rakyat Bone dengan segala tindakan dan perbuatan serta pikiran dan pertimbangan yang waras. Timbangan inipun melambangkan keadilan dan kejujuran yang selalu merupakan pegangan dalam bertindak.
- Keris terhunus melambangkan keberanian. Hal ini memberikan kesan bahwa rakyat Bone laksana prajurit yang gagah perkasa dalam membela kebenaran dan keadilan. Keris terhunus melambangkan kesiapsiagaan rakyat dalam segala hal.
- Padi adalah pangan dan makanan pokok dari rakyat Bone. Ini berarti bahwa daerah Bone adalah daerah agraris.
- Kapas adalah melambangkan sandang yang juga merupakan cita-cita perjuangan rakyat dalam memenuhi kebutuhan primernya.
Sumpang Labbu
Kantor Bupati
Lapangan Merdeka
Mesjid Raya Bone
Songkok to Bone
Songkok recca’ (songkok to Bone) menurut sejarah, muncul dimasa terjadinya perang antara Bone dengan Tator tahun 1683. Pasukan Bone pada waktu itu menggunakan songkok recca’ sebagai tanda untuk membedakan dengan pasukan Tator.
Pada zaman pemerintahan Andi Mappanyukki (raja Bone ke-31), songkok recca dibuat dengan pinggiran emas (pamiring pulaweng) yang menunjukkan strata sipemakainya. Akan tetapi lambat laun hingga sekarang ini siapapun berhak memakainya. Bahkan beberapa kabupaten di Sulawesi memproduksinya sehingga dapat dikatakan, bahwa songkok recca yang biasa juga disebut sebagai Songkok To Bone yang merupakan hasil cipta, rasa, dan karsa orang Bone tersebut mendapat apresiasi baik dari masyarakat Sulawesi maupun Indonesia pada umumnya.
Di Kabupaten Bone Songkok Recca/Songkok To Bone diproduksi di Desa Paccing Kecamatan Awangpone. Di daerah tersebut terdapat terdapat komunitas masyarakat secara turun temurun menafkahi keluarganya dari hasil prosese mengayam pelepah daun lontar ini yang disibut Songkok Recca atau Songkok To Bone.
Bendungan Ponre-Ponre
Ponre-ponre adalah desa di kecamatan Libureng, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, Indonesia. Di desa ini terdapat Bendungan Ponre-ponre, yang merupakan bendungan terbesar ke-2 di Indonesia.
Stadion Lapatau
Stadion La Patau merupakan sebuah stadion yang terletak di Bone, Sulawesi Selatan, Indonesia.Stadion ini dipergunakan untuk menggelar pertandingan sepak bola. Stadion ini memiliki kapasitas 15.000 orang.
Stadion ini pernah menjadi tempat penyelenggaraan pertandingan usiran PSM Makassar, saat melawan Persijap Jepara dan Persela Lamongan pada Januari 2010. Stadion ini juga pernah menyelenggarakan 3 pertandingan Babak Delapan Besar Divisi Utama Liga Indonesia 2009–10, yakni 3 pertandingan penyisihan Grup A, bersama dengan Stadion Andi Mattalatta di Makassar.
Selain itu, Stadion La Patau juga dipakai untuk turnamen sepak bola setempat, seperti Turnamen Amin Syam Cup IV.
Stadion La Patau juga menyelenggarakan Pekan Olahraga Daerah Sulawesi Selatan XIII yang digelar di Kabupaten Bone pada tahun 2006.
Pelabuhan Bajoe
Makam Raja-Raja
Goa Janci